Senin, 20 Juli 2015

Pulau Berhala nan Elok Menunggu Sentuhan

HAMPIR sejam Linda (32) gelisah menanti diatas kapal tumpangannya. Dari terlalu jauh Pulau Berhala terlihat menawan di depan mata, namun sang nakhoda tidak kunjung merapatkan kapal ke dermaga lantaran keadaan permukaan laut tengah surut. Kapal terancam kandas bila dipaksakan melaju ke bibir pulau itu.

Linda baru mulai terasa lega lihat suatu perahu datang mendekat. Beberapa penumpang kapal yang jumlahnya sekitar 20 orang itu juga ditulis bertukaran oleh nelayan setempat. Tetapi, masalah tidak usai hingga di situ. Perahu tidak bisa merapat di dermaga lantaran permukaan air surut. Ditambah lagi, hanya satu dermaga di pulau itu tak dilengkapi tangga.

Beberapa penumpang, yang beberapa salah satunya anak-anak, sangat terpaksa turun dari perahu serta meneruskan jalan kaki menembus laut sejauh 100 mtr. untuk meraih pinggir pantai. ”Pakaian juga basah kuyup, ” lebih Linda yang didapati pada 23 Juni lantas.

Begitu sulitnya meraih Berhala, namun perjuangan mereka pada akhirnya terbayarkan oleh keindahan pantai berpasir putih itu. Pulau Berhala pada saat lantas di kenal juga sebagai Pulau Dakjal, Pulau Bratail, Pulau Bertayil atau Pulau Afgorl (Belanda), Pulau Birella (Tome Pires), serta Pulau Verrela (Portugis). Bahkan juga, ada yang menyebutnya juga sebagai Pulau Hantu. Walau namanya menyeramkan, Berhala menaruh keindahan.

Pojok mana juga di pulau seluas 60 hektar itu, panorama senantiasa cantik. Bebatuan kuarsa besar menjulang serta menebar di dekat dermaga, pos peristirahatan, maupun diantara pohon-pohon kelapa yang sudah berumur 30-an th.. Pohon-pohon itu penuhi pulau sampai mendekati puncak bukit setinggi 200 mtr. dari permukaan laut. Air laut di seputar pantai berwarna hijau, bukanlah biru, seperti umumnya pantai.

Beberapa peninggalan bersejarah ada di pulau ini, seperti makam Datuk Paduko Berhala, pendiri Kerajaan Melayu Jambi. Makam itu ada di pinggang bukit. Ada juga meriam katak di leher bukit pulau itu. Makin ke puncak, ada suatu meriam Jepang diantara semak-semak liar.

Dibagian bawah pulau, ada dapur tentara Jepang berupa serupa tungku penghangat setinggi 1, 5 mtr.. Tak jauh dari situ, ada tempat persembunyian dengan kata lain bungker tanah.

Dari warisan histori serta keindahan alam Pulau Berhala, tidak kalah menarik malah kekayaan bawah lautnya yang menaruh karang akar bahar atau gorgonian penuh warna. Bawah lautnya juga sering jadi tempat penyelaman untuk peneliti maupun wisatawan ketertarikan spesial, yang mau lihat temuan bangkai-bangkai kapal terbenam di saat lantas.

Sengketa wilayah

Pulau Berhala pernah alami status quo sepanjang 10 th. lantaran jadi object sengketa pada pemerintah daerah di Jambi serta Kepulauan Riau. Ke-2 pemda mengklaim juga sebagai yang memiliki lokasi pulau itu. Sengketa baru selesai pada 2013. Mahkamah Konstitusi memenangkan otorisasi lokasi pada pemerintah Kepri.

Tetapi, dua th. sesudah ketentuan MK, Pulau Berhala hampir tidak beralih. Belum terlihat pembangunan bermakna dari otoritas setempat untuk menguatkan daya tarik pariwisata Berhala. Satu dari dua dermaga di pulau itu sudah hancur hingga cuma tersisa tonggak kayu di dalam laut. Satu dermaga yang lain juga rusak beberapa, namun belum pernah diperbaiki sampai saat ini. Alih-alih bangun, Pemerintah Kabupaten Lingga jadi memungut retribusi pada tiap-tiap pengunjung pulau Rp 2. 500.

Warga setempat, Djunaedi, menyampaikan, mulai sejak awal orang-orang tak pernah mempermasalahkan pihak yang memiliki hak kuasai pulau ini. Untuk mereka, yang terutama yaitu Pulau Berhala memperoleh perhatian lebih sesudah 10 th. terlewatkan.

”Setelah ketentuan MK keluar, hingga saat ini belum ada usaha perbaikan, ” katanya. Hanya satu pembangunan yang masuk ke pulau yaitu pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 15 kilowatt, di bangun pada 2013 lewat dana pemerintah pusat. Walau sebenarnya ketertarikan turis bertambah cepat mulai sejak satu tahun paling akhir walau 90 % wisatawan dari lokasi Jambi. Dalam sepekan, ada 5 sampai 10 rombongan wisatawan bertandang untuk bermalam di pulau.

Transportasi kapal cepat umum menuju pulau ini cuma akhir minggu. Biayanya Rp 230. 000 sampai Rp 250. 000 per orang dari Nipah Panjang atau Kampung Laut, Jambi, dengan saat tempuh satu jam. Belum ada juga penginapan di Berhala, salah satu argumen untuk pengunjung untuk memakai rumah- rumah transmigran yang ditinggal pemiliknya satu tahun lebih lantas juga sebagai tempat bermalam. Daya tarik itu jangan sempat meredup disebabkan pengabaian. Pulau Berhala saat ini tidak lagi ber-status quo. Perlu sentuhan berbentuk penyediaan beragam sarana supaya keelokan semakin bercahaya. (Irma Tambunan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar